Ini Perbedaan Coaching dan Mentoring
Ada begitu banyak cara untuk meningkatkan produktivitas dan kompetensi sumber daya manusia, contohnya seperti coaching dan mentoring. Namun, apakah perbedaan coaching dan mentoring? Sebelum membahas lebih lanjut tentang perbedaan coaching dan mentoring, tentunya Anda harus paham terlebih dahulu mengenai apa itu coaching dan apa itu mentoring. Keduanya memang sama-sama berkaitan dengan pelatihan, tetapi esensinya berbeda. Guna mengoptimalkan potensi individu, pemahaman mengenai perbedaan coaching dan mentoring penting untuk dipahami.
Coaching, Pelatihan Diri yang Sistematis untuk Mencapai Tujuan
Coaching adalah proses pengembangan diri yang sistematis. Tujuannya adalah untuk mengubah perilaku lama yang negatif agar menjadi perilaku yang lebih baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam perusahaan misalnya, coaching dapat dilakukan oleh atasan kepada para karyawannya atau mengundang pihak luar untuk membentuk pola perilaku karyawan agar sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Tiga Komponen Utama Coaching
Pada dasarnya, terdapat tiga komponen penting dalam kegiatan coaching.
Coach
Pertama adalah coach atau orang yang akan memberikan materi coaching. Seorang coach sejatinya adalah seorang fasilitator, bukan guru. Seorang coach layaknya seorang motivator yang akan mendukung coacheenya untuk mencapai tujuan tertentu. Menjadi seorang coach berarti percaya bahwa solusi itu ada pada setiap orang, sehingga coach tidak akan memberikan ilmu yang sifatnya teknis. Ia hanya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehingga coachee tersebut dapat menemukan solusinya dengan menggali ke dalam dirinya sendiri.
Mengingat pola tersebut, kegiatan coaching sendiri seringkali disebut sebagai “the art of asking question“. Seorang coach hanya akan menjadi cermin, membantu memberi saran untuk coachee agar dapat menyelesaikan proyek dan pekerjaannya. Perlu dipahami bahwa coach memang menjadi pihak yang memfasilitasi pencapaian, tujuan dan proses pengembangan diri coachee. Namun, ia tidak perlu menjadi seorang ahli dalam suatu hal layaknya pelatihan hardskill.
Coachee
Kedua adalah coachee atau orang yang akan diberikan materi coaching. Pada dasarnya, coachee memiliki tanggung jawab atas beberapa hal yaitu:
- Memilih konten atau isi coaching.
- Menentukan tujuan yang spesifik, strategi, serta tindakan yang akan diambil.
- Membuat tenggat dari tujuan yang bermaksud untuk ia capai.
- Menentukan mana saran dari coach yang dipakai dan mana yang ditinggalkan.
Dengan begitu, coachee bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil akhir proses coaching, dan sebagai penentu atas sukses atau tidaknya proses tersebut. Metode coaching yang berbasis hubungan one-on-one seperti ini nyatanya bisa lebih membantu coachee untuk fokus dan mencapai tujuannya lebih cepat daripada saat ia berjuang sendirian.
Survei mengatakan bahwa jika seseorang hanya melakukan training tanpa adanya coaching, produktivitas hanya akan naik 22%. Sementara itu, jika suatu individu melakukan training yang diikuti dengan kegiatan coaching, maka produktivitas dapat naik hingga 88%.
Context
Ketiga adalah context atau situasi tertentu yang berujung pada dibutuhkannya kegiatan coaching. Dalam hal ini, Anda perlu melihat kondisi individu, kinerjanya, dan lingkungan kerjanya. Barulah kemudian, keputusan akan kebutuhan kegiatan coaching dapat diambil.
Mentoring, Sebuah Proses Transfer Pengalaman
Selain coaching, ada juga cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lain yaitu melalui mentoring. Mentoring adalah sebuah proses di mana mentor meneruskan ilmu yang ia miliki kepada peserta atau yang biasa disebut dengan mentee.
Proses ini memiliki beberapa komponen penting, yaitu mentor, mentee, dan kegiatan mentoring. Apa yang diajarkan oleh seorang mentor adalah sebuah hal yang sudah ia pelajari dan kuasai. Maka dari itu, tidak sembarang orang dapat menjadi mentor. Ia harus betul-betul memahami bidang tertentu.
Sementara itu, seorang mentee, diharuskan untuk memberikan fakta yang terbuka dan data yang akurat tentang skill yang ia miliki, tujuannya mengikuti proses mentoring, dan apa halangan yang ia rasakan dari proses mentoring ini. Mentee harus jujur kepada mentor sehingga mentor dapat memberikan saran yang tepat sasaran demi hasil mentoring yang optimal. Setelahnya, mentor dapat memilih tugas mana yang cocok didelegasikan kepada mentee sebagai latihan, sesuai dengan kemampuan dan tujuan yang diinginkan oleh mentee.
Seperti apa contohnya? Mari kita ambil perumpamaan dari seorang karyawan di bagian finance sebuah perusahaan. Seorang mentee yang merupakan karyawan finance merasa kebingungan membuat laporan bisnis untuk freelancer. Nah, sang mentor akan memberikan arahan untuk melakukan hal tersebut. Tidak hanya itu, mentor dapat memberikan semacam tes atau latihan untuk mengukur kemampuan mentee dan melatihnya agar lebih baik dalam hal pembuatan laporan keuangan.
Pada prosesnya, mentee tidak boleh mengharapkan sang mentor untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya teknis. Tugas mentor hanyalah menganalisa dan mengarahkan penyelesaiannya. Pihak mentee-lah yang harus aktif mencari solusi sendiri.
Lalu, Apa Perbedaan Coaching dan Mentoring?
Perbedaan antara coaching dan mentoring dapat dilihat melalui tiga perspektif, yaitu dari segi orientasi, fokus, dan pendekatan.
Segi Orientasi
Orientasi mentoring adalah untuk membuat seorang mentee menguasai hal tertentu dalam jangka panjang. Dalam proses mentoring, mentor dapat dengan spesifik memberikan tip supaya mentee dapat menjadi seperti dirinya. Sementara itu, coaching lebih berorientasi kepada hubungan emosional dibandingkan pendampingan. Coaching lebih berfokus menangani sasaran di tingkat yang lebih taktis seperti pengembangan keterampilan, pemecahan masalah, pemikiran strategis, dan lain sebagainya.
Segi Fokus
Dari segi fokus, mentoring memberi ruang bagi mentee untuk menentukan tujuannya sendiri. Mentoring hanya akan membangun pengembangan diri. Secara umum, tidak ada fokus tujuan khusus dalam proses mentoring. Sebaliknya, coaching berfokus pada pencapaian goal dan peningkatan insting untuk proyek yang sedang dihadapi. Coach akan bertanya kepada para coachee mengenai apa tujuan mereka dan mendorong untuk mewujudkannya.
Segi Pendekatan
Untuk masalah pendekatan, dalam mentoring lebih ke arah transformasional daripada ke transaksional. Para mentor berusaha untuk mengubah pribadi dan kebiasaan mentee sehingga ia menjadi versi terbaik dirinya sendiri. Bagaimana dengan coaching? Coach akan menanyakan apa tujuan Anda. Pada prosesnya, tujuan itulah yang akan dipupuk dan Anda akan diubah menjadi individu yang berkapabilitas untuk mencapai tujuan itu.
Walaupun berbeda, baik coaching maupun mentoring nyatanya sama-sama bermanfaat untuk pengembangan. Coaching lebih menawarkan peluang menuju arah profesional, sedangkan mentoring lebih menawarkan perspektif ke arah filantropis. Dengan mengesampingkan perbedaan coaching dan mentoring, secara berkesinambungan kedua hal ini akan membantu memfasilitasi diri Anda untuk menjadi lebih baik dan fokus dalam pencapaian tujuan.